Friday, December 21, 2007

Kebersamaan Itu Lebih Singkat, Maka Manfaatkanlah..(Sebuah tulisan untuk kakakku tersayang)


Lamanya kita bersama itu lebih singkat dari lamanya ketidakbersamaan kita, maka manfaatkanlah...

Denger kata-kata ini dari seorang selebritis di sebuah infotainment bertahun-tahun yang lalu. kalau kupikir kata-kata ini benar sekali, kalau konteksnya adalah kebersamaan dengan manusia.

Kata-kata ini biasanya aku inget kalau akan atau sedang menemui momen perpisahan. Seperti saat seperti ini, setelah salah satu kakak perempuanku menikah.

Lazimnya, setelah menikah seserang akan pindah dari rumah (apalagi perempuan) bersama pasangannya. Mba-ku pun demikian. Tidak lama lagi dia pun akan pergi dan tinggal bersama kami lagi.

Meskipun sebenarnya segera dipertemukannya dia dengan jodohnya adalah salah satu doa yang palinh sering kupanjatkan. Namun momen-momen perpisahan seperti ini ma tidak mau membuatku sedih juga. Dirumahku akan berkurang seorang penghuni, yang bukan cuma kakak buatku, tapi juga teman, sahabat, rekan seperjuangan, donatur, kreditur, debitur, murobbi, guru, murid, muwajih, "tong sampah", bahkan pasien.

Maka yang tersisa saat ini hanyalah penyesalan, karena tidak memanfaatkan waktu kebersamaan kami dengan baik.

Bahkan mamapun merasa kesepian dan bilang "sepi ya..biasanya abis sholat (Ied) langsung pada ngumpul, pada makan bareng-bareng, sekarang....", sampe siang mama juga masih nanya-nanya "Zaki kok ngga kesini ya? mba Dwi kok ga pulang aja sih sebentar, ngambil ketupat sama sayur abis itu kan bisa balik lagi..". Yah lagian mama juga sih, udah tau anak tinggal dua masih masak dengan porsi anak lima. Kalo gini aku yang repot mesti makan mulu, ngabisin jatah mereka biar ngga mubazir. Huh..kapan kurusnya gue?

Kembali ke perpisahan..karena ini adalah sebuah keniscayaan, akupun harus bisa menerima, hanya doa yang bisa kupanjatkan semoga mereka semua dianugerahi keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah. (Semoga aku juga nanti)

Dirumah masih ada 1 lagi tuh yang udah mesti nikah juga, semoga segera..amin..

Sejuta Rindu Untuk Ayah


Di matamu masih tersimpan selaksa peristiwa
Benturan dan hempasan terpahat di keningmu


Sebenarnya perjalanan kami ke Kampung Naga kemarin berlangung biasa saja, diisi dengan nyanyi-nyanyi bareng, lagu yang 99,9% anak reguler UI tau seperti Genderang UI, Keroncong Kemayoran, Totalitas Perjuangan, Selamat Datang Pahlawan Muda sampe Balonku Ada 5 dengan nada Gaaudeamus Igitur, sibuk ngeledekin saya yang terbukti paling pelor diantara semuanya karena saya mulai tidur bahkan sebelum bisnya mulai jalan sampe ngga ikut berdoa bareng. Tapi kemudian perjalanan saya ini kemudian menjadi tidak biasa ketika tiba-tiba nyanyian kami diinterupsi oleh seorang teman "teman-teman kita berhenti sebentar ya, pak supirnya mau ketemu bapaknya sebentar", dan kemudian bis kamipun menepi.

Di pinggir jalan ada seorang bapak tua berkoko coklat dan berpeci, dengan dirinya yang tidak lagi tegak, gemetar, ditemani seorang pria yang lebih muda memegang tangannya.

Kau nampak tua dan lelah keringat mengucur deras Namun kau tetap tabah Meski nafasmu kadang tersengal Memikul beban yang makin sarat Kau tetap bertahan
Supir kami menghampiri bapak itu, mencium tangannya, dan bersalaman dengan pria di sebelahnya. Kemudian terlihat mereka mengobrol-ngobrol sebentar. Kami yang melihat peristiwa itu seperti sedang menonton adegan mengharukan di sinetron. Beberapa berseru "so sweet" , beberapa berkata "udah pak lama juga ngga papa, ngga usah buru-buru pak" meskipun kami tau supir kami tidak akan mendengarnya, ada yang matanya berkaca-kaca, bahkan ada yang menangis.

Saya jadi teringat bapak dirumah. Bapak yang telah begitu banyak jasanya pada saya. Bapak yang sama sekali tidak bisa dibilang muda lagi. Bapak saya yang di usianya sekarang, seharusnya tinggal duduk manis di rumah dan bercanda dengan cucu, masih punya tanggungan membiayai kuliah anak bungsunya yaitu saya. Semoga Allah SWT mengampuni dosanya, menyayanginya sebagaimana dirinya menyayangi saya diwaktu kecil (sampai sekarang) dan mengumpulkan kami di jannahNya kelak.

Bahumu yang dulu kekar legam terbakar matahari Kini kurus dan terbungkuk Namun semangat tak pernah pudar Meski langkahmu kadang gemetar Kau tetap setia
Sampai saat ini saya masih tinggal dengan Bapak (Allah tidak mengijinkan saya kuliah di luar Jakarta selain Depok). Jadi saya belum pernah tidak bertemu bapak untuk waku yang lama (rekornya 20 hari waktu jadi relawan di Klaten tahun lalu). Maka sebenarnya saya tidak pernah mengalami sendiri lama tidak bertemu orang yang sangat berjasa dalam hidup kita itu.

Tapi saya bisa memahami yang dirasakan supir kami itu. Sampai-sampai dia meminta bapaknya menunggu di pinggir jalan karena dia akan melewatinya. Hanya utnuk bertemu sebentar, cium tangan dan sekedar bertanya kabar. Untuk melihat bahwa sang bapak baik-baik saja dan untuk memperlihatkan bahwa dirinyapun baik-baik saja. Karena pertemuan beberapa menit itu pasti berjuta-juta nilainya.

Ayah dalam hening sepi kurindu Untuk menuai padi milik kita Namun kerinduan tinggal hanya kerinduan Anakmu sekarang banyak menanggung beban

Monday, December 17, 2007

Bahkan Tahi Burung Juga Kompensasi

Pertama kali terkesan dengan kata kompensasi waktu kenaikan kelas 3 SMA dulu. Seorang teman tidak beruntung karena nilai fisikanya jelek padahal dia ingin sekali masuk IPA, orangtuanya juga berharap demikian. Akhirnya temenku ini dateng kerumah gur fisikanya dan mencoba melobi agar gurunya ini mau menaikkan nilainya. Guru fisikanyapun bersedia, tapi dengan syarat "ya..asal ada kompensasinya...kamu ngerti kan?" Karena temanku tidak mau memberikan kompensasi sesuai dengan yang guru itu minta, akhirnya tahun terakhirnya di SMApun dihabiskan di kelas IPS.

Tahun 2005 juga Indonesia dihebohkan dengan kompensasi. Pemerintah membuat kebijakan untuk mengurangi subsidi BBM dan mengalihkannya ke tempat lain. Alhasil harga BBMpun melambung. Subsidi BBM yang dialihkan, kemudian disebut kompensasi, juga membuat kehebohan di beberapa tempat. Beberapa berita menyebutkan terjadi kerusuhan kecil atau desak-desakan yang diikuti lauka-luka di beberapa lokasi tempat dana kompensasi dibagi.

Begitulah hidup ini, segala hal memang ada kompensasinya. Mau masuk surga, kompensasinya ya kita harus bertaqwa agar Allah juga akhirnya berkenan memberikan rahmatNya. Mau kaya, kompensasinya harus giat cari uang --atau giat cari suami kaya. Mau pinter harus belajar --Tuk Bayan Tula aja tau. Sampe mau kurus juga ada kompensasinya, betapa banyak cewek-cewek yang masuk rumah sakit karena cara dietnya yang tidak sehat.

Hal-hal sederhana dalam kehidupa sehari-haripun tidak terlepas dari perkara kompensasi ini. Seperti biasa, kalau aku cari tempat parkir, biasanya cari yang "adem", yang terlindung dari sinar matahari langsung. Parkiran di kampus tidak ada atapnya maka tempat yang adem adalah di bawah pohon. Nah, disinilah letak kompensasinya. Karena di bawah pohon, seringkali jok motorku kena tahi burung yang b*rak di atas pohon, pernah sampe 3 buah, eh potong, eh apaan sih satuannya mestinya? Kalau sudah begini bakal repot banget, mesti cari cewek-cewek yang bawa tisu (aku bukan jenis cewek yang begini), basahin tisunya dan mulai membersihkan. Bahkan repot yang kurasakan juga kompensasi yang harus kubayar agar rok atau bajuku tidak kena najis itu.

Wednesday, December 12, 2007

Karena Kita Hanya Bisa Berencana

Kalau saya pribadi sering sekali ketemu momen yang bikin saya bilang "yah, manusia hanya bisa berencana, selebihnya Allah menentukan". Tidak mesti dalam peristiwa-peristiwa besar dalam hidup, karena sepertinya memang belum ada peristiwa besar dalam hidup saya, tapi sekedar hal-hal ringan saja. Misalnya hari ini, entah sudah keberapa kalinya saya tidak bisa pulang, terjebak hujan di kampus. Padahal rencana awalnya banyak sekali, pengen pulang belajar, ngajar privat, ke bank, ke perpus pusat, wah macem-macem lah. Tapi kalau melihat hujannya deras begitu, akhirnya saya batalkan semua, dan biasanya akhirnya semua rencana itu kandas dan diganti dengan ngenet, chatting, browsing, blogwalking sampe kedinginan di perpus atau labkom. Sama dengan keluhan temen SMA saya waktu chatting tadi yang bingung karena rencana pulang cepatnya untuk istirahat dan menyimpan energi buat besok gagal total karena hujan besar.

Saya juga sering menuliskan apa yang mau dilakukan dalam hari ini di sebuah buku kecil. Pernah suatu hari rencana saya banyak sekali, dari janjian pagi-pagi sebelum kuliah dan pulang kuliah, mau kumpul bareng temen-temen ROHIS kelas, berobat ke PKM, beli alat tulis ke stasiun UI, dll dan akhirnya semuanya gagal karena hari itu, teman saya meninggal mendadak terserempet kereta api dalam perjalanannya ke kampus. Kuliah kami batal, termasuk semua agenda saya dan kami semua kerumahnya, melihat semua proses pemakamannya, mengantarnya ke kuburnya. Bahkan rencana kami suatu hari main ke pulau Lombok bersama-samapun tidak akan bisa di realisasi.

Dulu, jaman nomer CDMA saya masih bisa dipake, rencana awal pulsa yang di CDMA saja yang dihabiskan, pulsa GSM-nya diirit-irit. Tapi kenyataan begitu pahit. Karena ripuh mau turun dari metromini, tidak sadar HP GSM saya kepencet dan akhirnya terkirimlah banyak sms kosong ke nomor pertama di phonebook. Dan pulsapun berkurang dengan lancar tanpa manfaat apa-apa, pulsa yang saya irit-irit biar yang CDMA saja yang habis. Miris..

Atau yang agak konyol, biasanya saya membuat rencana yang berhubungan dengan penampilan kalau mau libur panjang, "pokoknya gw liburan mo mutihin kulit, ngga usah kemana-mana, ngga kepanasan, jadi pas masuk muka gw udah putih" saya sesumbar ke temen-temen kampus. Tapi kemudian agenda liburan banyak sekali, ada aksi-aksi mahasiswa turun ke jalan, ikutan kampanye seorang calon kandidat gubernur, asik konvoi bareng simpatisan, dan lain-lain yang semuanya bikin muka saya alih-alih mau putih malah bertambah gosong.

Yah begitulah manusia, hanya bisa berencana, selebihnya Allah yang menentukan.

Thursday, December 6, 2007

Pak, Bu, Menuntun Anak Juga Ada Ilmunya

Mengasuh dan membesarkan anak bukanlah perkara mudah, apalagi kalau targetnya bukan sekedar membesarkan tapi ingin membentuk generasi yang lebih baik dari kita. Sayangnya perkara tidak mudah ini tidak ada pendidikan khususnya. Tidak ada instansi pendidikan manapun yang memiliki kekhususan pendidikan untuk orang tua.

Menurutku, membesarkan anak (dengan targetan membentuk generasi yang lebih baik) sama seperti keperawatan, merupakan kumpulan art and science. Karena setiap anak itu memiliki keunikan masing-masing maka kadang penerapan untuk anak yang satu belum tentu pas dengan anak yang lain, tidak hanya menggunakan science tapi juga art untuk penyesuaiannya.

Begitu kompleksnya mengasuh anak sampai menuntun anak di pinggir jalan juga ada ilmunya lho pak, bu. Seharusnya kalau berjalan berdua dengan anak di pinggir jalan (yang dilalui kendaraan) maka jangan tempatkan anak di sisi yang berbatasan langsung dengan jalan. Kelihatannya sepele, tapi cukup penting lho, dan ternyata banyak orang tua yang tidak "ngeh" dengan hal ini.

Sebagai seorang pengendara, saya jadi sering was-was (kalau bahasa orang rumah teratapan) kalau melintas di jalan yang pinggirnya ada anak-orangtua yang berjalan dengan posisi yang salah. Seringkali diperparah dengan posisi mereka yang terlalu ke "tengah".Kalau seandainya terjadi sesuatu maka yang terkena bahaya adalah sang anak, terserempet atau bahkan tertabrak. Seharusnya orangtua, yang bertanggung jawab melindungi anaknya, berjalan di antara sang anak dan jalan raya jadi kalu ada apa-apa si orang tua yang kenyataannya lebih kuat, sigap, aware, bisa jadi "tameng" untuk anaknya.

Saya jadi ingat peristiwa ditembakinya Al Durra dan ayahnya oleh tentara Israel didepan wartawan-wartawan. Durra ditempatkan ayahnya ditengah antara tembok pendek dan dirinya dengan asumsi Durra jadi terlindung dari dua sisi. Meskipun akhirnya Durra meninggal dan ayahnya selamat, tapi setidaknya sang ayah sudah berusaha keras melindungi anaknya. (Aduh, saya jadi pengen nangis kalo inget peristiwa ini)

Jadi bapak ibu sekalian, mulai saat ini, jika anda pejalan kaki atau mengalami kesempatan utuk berjalan kaki, mulailah untuk menuntun anak dengan posisi yang benar. Jangan sampai suatu saat anda menyesal hanya karena berjalan di posisi yang salah atau sibuk menyalahkan pengendara yang tidak kalah teledor dari anda sebenarnya.

Tips Menghilangkan Ngantuk Saat Ceramah/Kuliah/Materi

Adalah hal yang manusiawi kalo kita jadi ngantuk kalo mendengarkan ceramah, kuliah atau materi. Apalagi kalau dari awal kita kurang tertarik dengan yang disampaikan, dan diperarah dengan gaya penyampaian yang monoton. Berikut tips buat menghilangkan ngantuk, berdasarkan pengalaman pribadi

  • Baca ta'awudz, istighfar, mohon pada Allah untuk dijauhkan dari godaan syetan karena syetan ngga suka ngeliat kita beribadah, makanya dia mencoba menghalangi dengan membuat kita ngantuk. Bisa juga minta beberapa orang membaca ayat kursiy, lebih bagus lagi kalau dipimpin oleh pembicaranya langsung.
  • Anggap hal yang sedang disampaikan adalah hal yang sangat menarik, terserah gimana caranya, coba inget pengalaman pribadi yang mungkin nyambung dengan pembicaraan (cara yang susah sebenernya) Bisa juga bayangkan bahwa pembicara adalah magnet dan anda adalah peniti, atau pembicara adalah kerbau dan anda adalah bajak, atau hal yang biasanya tarik-menarik lainnya.
  • Sibukkan diri, jangan cuma diem dengerin pembicara. Coba nyatet, atau nulis-nulis apalah, ngitung utang, makan kuaci, nyari kutu di kepala temen bisa jadi alternatif.
  • Keluar sebentar, coba jalan-jalan beberapa meter. Liat-liat kelas lain, liat parkiran ngecek motor masih ada apa ngga, atau liat kantin kali aja ada yang jaga butuh bantuan ngulek bumbu. Tapi jangan jalan ke labkom atau perpus, apalagi kalo disana ada internet nganggur, karena anda bisa nyangkut dan ngga balik ke kelas lagi. Tapi kalaupun anda nyangkut, ngantuk anda pasti ilang dan ngga muncul lagi.
  • Cobalah mengobrol sedikit dengan orang sebelah, obrolin hal-hal menarik atau sedikit lucu, buat penyegaran. Atau bisa juga diskusikan sedikit apa yang pembicara barusan sampaikan. Jangan kepanjangan, nanti anda bisa didaulat untuk menggantikan pembicara di depan, juga jangan kekencengan nanti anda disangka lagi orasi di depan gedung DPR.
  • Keluar sebentar dan lakukan aktivitas fisik, misalnya lari-lari ngelilingin lapangan (gw pernah melakukannya, beneran!) Begitu selesai dan kita balik lagi ke ruangan, kita ngga bakalan sempet ngantuk lagi, karena kita akan sibuk kipas-kipas atau ngelap-ngelap keringet yang berucucuran.
  • Ngga usah cuci muka, aku sangat tidak menyarankan, karena biasanya kalau aku pribadi ngga mempan dengan cara ini, ngantuknya tetep nempel. Kecuali kalo sebelum nyuci muka kita nguras bak mandi atau nyikatin kloset dulu, itu lain perkara. Atau lebih heboh lagi air yang kita pake nyuci muka kita dapet dari 7 sumur yang berbeda, ditambah dengan kembang 7 rupa yang didapat dari 7 taman, dengan sabun dari 7 merk yang berbeda.
  • Sambi dengan ngemil atau makan, tapi bukan sembarang makanan. Cari makanan yang keras (yang mecahinnya aja pake tang atau linggis) atau makanan yang pedas (yang bisa bikin mulut anda mengeluarkan api saking pedasnya)
  • Minta teman sebelah anda untuk mengagetkan anda. Minta dikagetkan di saat yang tepat, saat diamana anda benar-benar akan jatuh tertidur, trus pilih orang yang bisa mengagetkan dengan baik karena biasanya temen-temenku pada ngga tegaan kalo diminta ngagetin yang ada mereka bukannya ngagetin malah menambah inspirasi baru buat mimpi anda nantinya. Lebih bagus lagi kalau teman anda mengagetkannya ngga cuma bermodal mulut tapi juga alat yang berisik kaya kentongan, sirine, peluit, atau bayi yang dicubit.


Segitu dulu deh, kapan-kapan ditambahin lagi kalo inget atau dapet cara baru. Silakan mencoba, jangan diliat dari bumbunya, liat dari main topicnya