Monday, February 18, 2008

Betapa Diri Ini Lemah Sekali

Perjalanan pulang dari kampus hari jumat kemarin menjadi perjalanan yang tidak biasa. Aku melihat sebuah tragedi yang sangat menyedihkan yang kuharap tidak akan pernah melihatnya lagi, untuk mahluk apapun.

Dijalan, sekitar jam 7. 30 malam, aku melihat seekor kucing yang tertabrak motor di jalur yang berlawanan. Karena kesakitan si kucing pun menggeliat-geliat dan meloncat-loncat. Karena posisinya masih ditengah jalan, si kucing itupun tertabrak lagi. Sesaat sebelum si kucing terlindas mobil aku sempat berteriak, tapi sayangnya teriakanku tidak bisa mencegah kejadian itu. Mungkin si pengendara tidak melihat ada kucing mengeliat-geliat di jalan.

Kemudian si kucing yang sekarang sekarat tergeletak di tengah jalan, yang gelap dan becek itu. Aku menepi, mematikan motor dan turun. Tapi yang kemudian kulakukan cuma terpana melihat kucing itu dari pinggir jalan, sedang sekarat, tubuhnya kejang-kejang, darah keluar dari mulutnya. Aku berpikir untuk mengangkat kucing itu kepinggir, biar tidak terlindas lagi. Tapi karena melihat banyak darah, aku jadi berpikir lagi. Aku takut, bahkan untuk melihat kucing itu dari dekat.

Kucingnya masih sakaratul maut, kemudian aku meminta bantuan ke seorang cewek yang lewat utnuk memindahkn kucing itu ke pinggir. Tapi dia juga takut. Akhirnya kita berdua cuma berdiri mematung, melihat kucing itu sekarat dari pinggir sambil terus khawatir kucing itu terlindas lagi.

Akhirnya kita berdua memutuskan untuk melanjutkan perjalanan lagi, meninggalkan kucing itu, dengan perasaan kami masing-masing. Sepanjang jalan aku menangis. Sedih sekali. Didalam pikiranku terus terbayang kejadiannya, waktu kucing itu tertabrak, jatuh, terlindas, semuanya. Aku menangis karena kecewa dengan diri sendiri, kecewa karena begitu lemah sebagai seorang manusia, begitu lemah sebagai seorang wanita. Bahkan untuk memindahkan kucing ke pinggir jalan saja aku tidak bisa...

Thursday, February 7, 2008

Untuk Semua Orang Baik Yang Kukenal

Ada berjuta orang baik yang tidak kita kenal, begitu kata Ahmad Zairofi. Semenjak sering berinteraksi dengan dunia maya saya semakin menyadari benarnya kata-kata ini.

Begitu banyak orang yang tidak kita kenal di dunia yang begitu luas ini. Sangat besar kemungkinannya mereka adalah orang yang lebih baik dari kita (dari berbagai aspek). Saya jadi ingat ketika dulu awal perkenalan saya dengan blog, saya suka sekali membaca blog orang lain. Dan betapa saya terkagum-kagum dengan sosok seorang mahasiswa UI dengan segala kelebihannya. Yah.. meskipun kemudian saya tidak lagi berkunjung kesana karena blog-nya jarang di-update dan beliau tidak pernah melakukan kunjungan balasan he..he.. *peace* (kecuali setelah orangnya sampai di negaranya Kakashi).

Lewat dunia maya juga saya jadi lebih sering berinteraksi dengan mantan teman sekelas yang padahal dulu waktu sekolah saya tidak pernah mengobrol satu katapun dengannya. Mungkin waktu 7 jam di sekolah masih kurang untuk memberi kesempatan saya berhubungan interpersonal dengan semua manusia lain di kelas. Waktu saya bilang padanya “nyesel lo baru kenal aku sekarang”, sebenarnya seharusnya sayalah yang menyesal karena terlambat mengenalnya dan menyadari kebaikannya. (jangan GR ya mel, tapi ente emang baik sekali hu..hu.. meskipun *** --gw sensor—haha)

Dan masih banyak lagi orang lain, yang saya kenal (mungkin tepatnya tahu) lewat tulisan-tulisannya di blog, lewat opini di milist, lewat obrolan via chatting. (ngga usah dibahas lebih lanjut yang ini ntar orangnya GR hue..he..)

Maka, kembali lagi ke kata-kata Ahmad Zairofi. Seperti perlombaan di awan yang gelap, begitulah hidup kita. Seiring dengan apa-apa yang kita lakukan untuk dunia dan akhirat kita, maka begitupun orang lain dengan usaha dan cara mereka masing-masing. Dengan menyadari ada begitu banyak orang yang tidak kita kenal, tapi mereka jauh lebih baik dari kita akan memicu kita untuk terus memperbaiki diri dan senantiasa tidak merasa cukup, merasa lebih baik karena kelak di akhiratlah penentuannya.

Terakhir, untuk semua orang baik yang kukenal, baik di dunia nyata maupun dunia maya, senang berkenalan dengan anda semua. Selamat memperbaiki diri (lagi dan lagi) dan semoga kita dikumpulkan di tempat yang baik nan kekal kelak.

Referensi:
Zairofi, Ahmad. 2006. Lelaki Pendek, Hitam, dan Lebih Jelek dari Untanya. Jakarta: Tarbawi Press.