Friday, January 30, 2009

(Lagi) Tentang Pentingnya Membaca, Kali Ini Dari Nenek Hama

Buku adalah jendela dunia. Aduh, udah sering denger. Iqro’ bacalah. Ya.ya, ayat pertama yang turun dan sangat familiar. Membaca investasi tak kenal rugi. Iye, percaya kok. Tapi seberapa mengamalkannya kita? Seberapa rajin kita membaca? Ehm, pertanyaannya saya ganti deh, seberapa rajin saya membaca? Ehm..ya..ya..rajin kok *penilaian pribadi* hehe

Sebenarnya membaca itu penting untuk siapa saja tapi saya lagi mau fokus ke pentingnya membaca untuk penulis, tidak hanya terbatas ke penulis buku, tapi juga penulis cerita, pengarang komik, bahkan blogger. Sebenarnya aroma membaca seorang penulis bisa tercium oleh pembacanya lho. Karena aroma gemar membaca kental dengan aroma ilmu dan wawasan. Dan produk tulisan atau karyanya pun jadi lebih bermakna, ”dalem”, mencerahkan, atau berbobot. Seperti buku yang sedang saya baca akhir-akhir ini, berasa banget kalau yang nulis itu orang pinter, bacaannya banyak, wawasannya luas. Atau sebuah site di MP, contact saya, waktu itu saya pernah tanya padanya apa buku yang dia suka baca, dia malah bertanya balik pada saya ”emangnya kelihatan suka membaca ya” dan saya jawab iya. Sebenarnya saya pengen banget bertanya balik padanya, bagaimana dengan blog saya, tapi saya terlalu takut untuk mengetahui kenyataan, soalnya kayanya begitu pahit. Hehe

Jangankan sebuah buku yang tujuannya memang menginformasikan pada pembaca, membuat cerita yang fiksipun perlu membaca biar cerita yang dibuat lebih bagus, hidup dan ngga ngibul-ngibul amat.

Misalnya Takeshi Maekawa, untuk membuat cerita Chinmi di pulau Kan-an, melawan Jiirai dan Jenderal Boru, sampai buka-buka buku sejarah dan cari tahu senjata apa yang pas di zaman itu. Akhirnya dipilih meriam, bukan AK 47 apalagi bom fosfor putih. Atau pengarang Flash of Wind (namanya lupa, udah ngga pernah baca itu lagi), yang keluar masuk perpustakaan buat cari tahu, cewek-cewek di Jepang jaman samurai (namanya jaman apa? Aku lupa lagi) pake pembalut apa kalau menstruasi soalnya tokoh utama di komik itu si Seizaburo Kamiya adalah perempuan yang menyamar jadi laki-laki dan dia tidak mungkin tidak menghiraukan siklus alami wanita dewasa itu di komiknya.

Mau tahu tidak momen apa yang membuat saya tersadar kembali tentang pentingnya membaca? Saya kasih tau ya. Momen ini beberapa bulan lalu waktu menonton Avatar-Legend of Aang, Book of Fire.

Aang dkk menginap di sebuah penginapan milik nenek-nenek, namanya nenek Hama. Nenek ini memang misterius banget, tipe nenek sihir gitu. Sampai pada akhirnya tersingkaplah bahwa Nenek Hama ini adalah pengendali air. Loh kok bisa? Di negara api lagi!

Nenek Hamapun berceritalah bahwa dia waktu masih muda dulu termasuk salah satu pengendali air yang ditangkap oleh pasukan Negara api waktu mereka menyerang ke Negara air. Dia dan puluhan (atau mungkin ratusan) pengendali air lainnya dibawa ke Negara api dan dipenjarakan. Selama di penjara, mereka diperlakukan dengan “special”. Mereka dijauhkan dari air dan segala hal yang mengandung air, pokoknya penjara diusahakan kering tidak ada air sedikitpun. Kalau mereka minum, tangan dan kaki mereka diikat, biar mereka tidak bisa melakukan pengendalian.

Lantas bagaimana bisa nenek Hama sekarang bebas dan hidup layaknya penduduk negara api yang lain? Ternyata nenek Hama berhasil kabur dari penjara. Wah, ini lebih fantastis lagi, bagaimana bisa?

Saat nenek Hama sudah hampir menyerah dan pasrah dengan keadaan, nenek Hama menemukan sebuah jalan keluar. Dia menemukan air lain, yang tidak terpikirkan oleh para penjaga dan juga saya. Tahukah anda air dari mana? Di penjara yang kering itu? Kalau anda tidak tahu berarti anda kalah setingkat dengan sang penulis cerita.

Nenek Hama menjadi PENGENDALI DARAH (Note: sebenarnya saya berharap anda membacanya tidak dengan nada yang biasa, tapi dengan suara seperti nenek-nenek, dengan intonasi lambat, mencekam, seolah-olah sedang melontarkan sesuatu yang amat penting dan akan mengagetkan semua yang mendengar, biar kesan mistis dan mencekamnya dapet. Dubber-nya nenek Hama soalnya mencontohkan begitu di film)

Ah, saya benar-benar tersentak waktu nonton episode ini dan mendengar nenek Hama bilang PENGENDALI DARAH (masih dengan nada yang tadi ya) begitu. (Anda juga ngga? Kalo ngga berarti postingan ini persis kaya prinsip demokrasi dari saya, oleh saya, untuk saya T_T). Bagaimana mungkin saya tidak berpikir ke arah sana, 60% tubuh manusia kan terdiri dari air (cairan)! Jadi sebenarnya ada banayak sekali air di penjara itu selama masih banyak mahluk hidup berkeliaran. Yah terlepas dari ke-kurang tepat-an penulis karena memilih darah (darah hanyalah mengandung 5% dari total cairan tubuh kita), cukup bisa diterima lah, demi kedramatisan adegan, soalnya kalau nenek Hama mengendalikan cairan intraseluler (yang jumlahnya 2/3 dari total cairan tubuh) saat penyebutannya jadi kurang dramatis, alih-alih penonton merasakan aura ngeri malah pada mengeluh ”euh..pelajaran fisiologi apa lagi ini?!”

Setelah kejadian ini saya jadi tambah nge-fans pada Katara (khusunya Katara sebagai pengendali air) dan merasa bahwa pengendali air-lah yang terhebat karena fisiologi cairan ini berlaku untuk semua orang termasuk semua musuhnya. Sayang Katara tidak mau melakukan pengendalian darah, terlalu sadis. Bahkan Nenek Hama saja akhirnya jadi psikopat. Dan saya agak kecewa waktu Katara kalah dari Azula, mungkin karena saat itu sedang ada komet Sozin, hhh..andai Katara adalah pengendali cairan intraseluler, pasti lebih hebat lagi.

Eniwei, begitulah kawan, yang suka pada ngeblog-ngeblog nih, rajin-rajinlah membaca, biar blognya lebih berbobot. *bicara pada cermin*

Wednesday, January 28, 2009

Ga Cuma Di Pelm India


“cintamu tak harus, miliki diriku” –Dewa (dengan perubahan seenaknya)

Pernah nonton Kuch Kuch Hota Hai) Tau ending nya seperti apa? Saya sama sekali tidak sedang merekomendasikan film itu untuk ditonton (ngga penting juga kok), kalau jawaban 2 pertanyaan tadi adalah tidak, saya akan berbaik hati memberi tahu sedikit. Yang ingin saya soroti bukanlah cinta segitiga antara Rahul, Tina, dan Anjali (ehm, sepertinya banyak yang kecewa, hehe) tapi tentang drama pernikahan Rahul dan Anjali (ending filmnya doang).

Anjali dijodohkan oleh keluarganya dengan Aman (Salman Khan), seorang pria tampan, kaya dan baik hati, pokoknya high quality bujangan lah. Tapi sebenarnya Anjali tidak mencintainya, karena jauh di dalam hatinya, dia mencintai Rahul, sahabatnya di kampus dulu. Rahul juga begitu, mencintai Anjali, meskipun dia baru sadar setelah dia menikah, memilki 1 anak, dan istrinya meninggal, huh, dasar laki-laki!

Di hari-H pernikahan, Aman menyadari bahwa Anjali tidak mencintainya, dan mencintai Rahul dengan amat sangat, akhirnya, dengan tambahan sedikit tipu daya dari anak Rahul yang namanya Anjali juga, Aman membatalkan pernikahannya, menyerahkan Anjali pada Rahul untuk dinikahkan. Dan di tempat itu, pada saat itu, Rahul dan Anjali menikah (sambil nangis-nangis gitu kayanya, hehe)

Sebenarnya kalau saya pribadi memnganggap peristiwa seperti itu sedikit mustahil. Saya kepikiran ”bagaimana dengan keluarga si mantan calon mempelai pria, bagaimana dengan keluarga si akhirnya jadi mempelai pria, atau keluarga si wanita yang dari awal sampe akhir tetep jadi mempelai, bagaimana dengan mahar, seseraha, dan bagaimana dengan tamu?”. Yah, sepertinya kalau tamu tidak terlalu bermasalah sih, asal tetap ada jamuan prasmanan mereka senang kok.

Mungkin sedikit mudah kalau di Hogwarts, seperti momen akhir tahun pertama Potter di sekolah. Waktu itu Slytherin dapat poin asrama tertinggi dan seluruh sekolah sudah siap merayakan. Aula sudah dihiasi dengan warna hijau dan ornamen khas Slytherin yang lain. Tapi tiba-tiba Dumbledore (kalau tidak salah) memberi nilai untuk Harry, Ron, dan Hermione untuk kehebatan mereka dalam perjuangan mendapatkan sorceres stone sehingga poin Gryffindor bertambah dan melampaui poin Slytherin. Otomatis pemenang berubah, dan dekorasipun juga harus dirubah. Maka, hanya dengan satu jentika tangan, hiasan aula berubah, jadi merah, warnanya Gryffindor. Yah, yah, untuk Hogwarts mudah, tapi kita para muggle, tidak segampang itu lah. (Memangnya hiasan pernikahan antara 1 penganten dengan penganten yang lain beda jauh ya? Kayanya ngga juga. Euh..jadi sepertinya permisalan ini tidak terlalu cocok)

Dan tahukah anda? Peristiwa-penggantian-mempelai-secara-tiba-tiba (PPMST2) ini tidak hanya ada di Kuch Kuch Hota Hai, tapi di beberapa film india lain. Sedikitnya ada 3 film india yang punya adegan PPMST2 ini, itupun dari seluruh film india yang saya tonton, mengingat saya tidak banyak menonton film india jadi bisa diprediksikan bahwa PPMST2 ada di lebih banyak lagi film india, tidak cuma 3. Biasanya menonton adegan PPMST2 ini saya akan membatin ”yaelah, dasar pelm india!!”

Tapi tahukah anda, meskipun dari tadi saya menggambarkan betapa hampir mustahilnya adegan PPMST2 ini di dunia nyata, sebenarnya ini pernah terjadi di jaman RasuluLLAH. Yah, meskipun tidak benar-benar persis PPMST2 di kuch kuch hota hai dan film india lain.

Adalah Salman Al Farisi, seorang sahabat pilihan, pahlawan perang Khandaq, yang RasuluLLAH pernah berkata ”Salmanu minal bait. Salman adalah golongan kami, ahlul bait”. Padahal Salman datang dari Farsi.

Suatu hari dia hendak menikah dan memutuskan untuk meminang seorang wanita Anshar yang dirasa pilihan tepat baginya. Tapi Salman bukanlah asli madinah, masih merasa asing di sana, dan agak kagok kalau harus berurusan kultural begini dengan keluarga madinah. Akhirnya Salman menita tolong Abu Darda, orang Anshar yang dipersaudarakan dengannya untuk mewakilinya.

Berangkatlah mereka meminang si gadis madinah. Sesampainya di sana Abu Darda mulai beraksi, menyatakan maksud kedatangan mereka pada bapak si gadis. Tapi tahukah kawan apa jawaban si gadis yang disampaikan lewat perantaraan ibunya. ”Puteri kami menolak pinangan Salman. Namun jika Abu Darda juga memiliki urusan yang sama, maka puteri kami telah menyiapkan jawaban mengiyakan.” (sebenarnya jawabannya lebih panjang, tapi saya singkat, maaf) Aih.. si gadis memilih pengantar, bukan si peminang yang sesungguhnya. Tapi, simak jawaban Salman ”ALLAHu akbar!” serunya, ”semua mahar dan nafkah yang kupersiapkan ini akan aku serahkan pada Abu Darda dan aku akan menjadi saksi pernikahan kalian”
(PS: pilih pengantar jangan keren-keren, atau minimal tidak lebih keren dari anda)



Tuh kan, luar biasa para sahabat itu, amat sangat jauh lebih keren sekali dari Aman, Rahul, Dumbledore apalagi Malfoy. Dengan keimanan, keikhlasan, tawakal, ukhuwah menghadirkan sebuah momen yang saya-pikir-cuma-ada-di-film-india di dunia nyata dengan demikian indah. Ya itulah perlunya melihat segala sesuatu dengan kacamata iman.

So, so, ada yang mau menyerahkan calon mempelai pria nya ke saya? Wakakakak

Kutipan atau apapun lah itu saya ambil dari:
Lagunya Dewa, entah judulnya apa
Film Kuch Kuch Hota Hai dan 2 film india lain, entah judulnya apa
Buku “Jalan Cinta Para Pejuang”, Salim A. Fillah
Buku “Karakteristik Perihidup 60 Sahabat RasuluLLAH”, Khalid Muh. Walid
Buku “Harry Potter dan Batu bertuah”, J.K. Rowling
Foto dari pro.corbis.com