Tuesday, April 17, 2007

Tolong, Tutupi Bagian Menjijikan Anda

Apa tujuan anda berpakaian? Kalau pertanyaan ini ditujukan untuk seorang muslim mungkin sebagian besar jawabannya sama, menutup aurat. Dulu, kayanya jaman SD deh, kita diajarkan bahwa tujuan manusia memakai pakaian adalah untuk menjaga kesopanan, melindungi tubuh, kesehatan dan lain-lain. Pernah ada yang bilang tujuan lain memakai pakaian adalah untuk menutupi bagian yang menjijikan. Waktu pertama kali dengar pendapat ini aku tidak setuju. Tapi ternyata akhir-akhir ini aku mulai sepakat dengan pendapat ini.
Gaya berpakaian orang Indonesia selalu berubah, banyak yang dipengaruhi dari budaya orang lain. Bahkan kadang dipengaruhi drama Korea yang ditonton, jaman full house, cewek-cewek gaya berpakaiannya mirip Zhi En, tapi begitu Princess Hour yang in gaya berpakaianpun jadi mirip Cha Kyeong.
Sekarang ini orang-orang tidak lagi memakai celana di pinggang tapi lebih rendah lagi. Kaos ketat setinggi perut dan jeans yang "g nyangkut" di pinggang adalah pakaian sehari-hari banyak orang. Kalau duduk atau nungging sedikit, maka pinggang belakangpun terbuka. Akhir-akhir ini bahkan lebih parah lagi, boro-boro duduk atau nungging, jalan biasa aja "macem-macem" keliatan.
Karena pendeknya baju dan mete-mete --pinjem istilahnya mama-- nya celana, kalau duduk bukan hanya pinggang yang terlihat tapi lebih banyak lagi, sampai belahan pant*t juga kelihatan, sungguh bukan pemandangan indah. Pemandangan seperti ini, asal kalian tahu saja wahai para pelaku, sangat tidak menyenangkan, bahkan menjijikan. Biasanya kalau sudah kaya gini, orang-orang yang dibelakang yang jadi gelisah dan tidak konsen kuliah --kalo kejadiannya di ruang kelas-- Walaupun dosen ada jauh di depan tetap saja, kadang kita perlu menunduk, dan pemandangan pant*t menjijikan itupun tidak terhindarkan.
Ternyata benar, kenapa kita diwajibkan menutup aurat dengan berpakaian karena memang bagian-bagian itu memang perlu ditutup, dan salah satunya adalah untuk menutupi "aura menijikan"nya.

Friday, April 13, 2007

AKU RINDU PADA ZAMAN ITU

Aku rindu pada zaman itu
ketika halaqah adalah kebutuhan, bukan hiburan apalagi sambilan
Aku rindu pada zaman itu
ketika membina adalah kewajiban, bukan pilihan
apalagi beban yang memberatkan
Aku rindu pada zaman itu
ketika dauroh menjadi kebiasaan, bukan sekedar pelengkap program yang
dipaksakan
Aku rindu pada zaman itu
ketika mengisi dauroh di puncak, dengan ongkos ngepas dan peta tak jelas
Aku rindu pada zaman itu
ketika tsiqoh mejadi kekuatan, bukan keraguan apalagi kecurigaan
Aku rindu pada zaman itu
ketika nasihat mejadi kesenangan, bukan suudzon dan menjatuhkan
Aku rindu pada zaman itu
ketika hadir di liqo aadalah kerinduan, bukan agenda yang membosankan
Aku rindu pada zaman itu
ketika terlambat di liqo adalah kelalaian, bukan kebiasaan yang tak
ada kesan
Aku rindu pada zaman itu
ketika hadir di liqo selalu membawa Qur'an terjemahan dan sedikit hapalan
Aku rindu pada zaman itu
ketika tengah malam pintu diketuk untuk mendapat berita dan kumpul
subuh harinya
Aku rindu pada zaman itu
ketika akhwat dan ikhwan berpapasan, saling menunduk dan menjauh
Aku rindu pada zaman itu
ketika para akhwat keluar dari sekolah karena jilbab-jilbab mereka
Aku rindu pada zaman itu
ketika seorang akhwat kabur dari rumah ketika akan walimah, karena
takut akan ikhtilat di hari pestanya
Aku rindu pada zaman itu
ketika tarbiyah adalah pengorbanan, bukan tuntutan apalagi hujatan
Aku rindu pada zaman itu
ketika amar adalah ketaatan, bukan perbincangan dan pelecehan
Aku rindu pada zaman itu
ketika para ikhwah sangat ketat menjaga pandangan
Aku rindu pada zaman itu
ketika kampus benar-benar markas halaqah aktivis
Aku rindu pada zaman itu
ketika nasyid ghuroba menjadi lagu kebangsaan
Aku rindu....... ..
Ya Allah....... . jangan Kau buang kenikmatan berda'wah dari hati-hati ini
Ya Allah....... . jangan Kau hilangkan keasyikan berjamaah dalam hidup ini
(buat jiwa-jiwa yang futur)
Abu Syahid Abu Faris

Wednesday, April 11, 2007

Sebuah Nyawa Menghilang di Supermarket

Hari ini, setelah sekian lama, aku membuka detik.com, ada sebuah berita yang tidak disangka-sangka. Di samping berita tentang IPDN, ternyata ada berita lain, masih tentang hilangnya nyawa seseorang. Seorang anak umur 3 tahun meninggal di supermarket carrefour mangga dua square dengan cara yang cukup tragis kupikir, tertimpa rak berisi bola setinggi 5 meter. Kejadiannya hari ahad kemarin tanggal 8 April 2007.


Bocah ini meninggal saat ikut orang tuanya belanja, ya ..belanja. Hal yang biasanya bagi perempuan adalah ritual yang menyenangkan dan memiliki tingkat bahaya yang sangat rendah-jika dompet kosong tidak dihitung- Aku tidak membayangkan bagaimana perasaan orang tuanya, menyadari buah hati mereka meninggal dengan tiba-tiba, disaat yang tidak disangka-sangka, di hari dan tempat dimana seharusnya mereka berbahagia. Sama seperti aku tidak membayangkan bagaimana perasaan orang tua Cliff Muntu, pelajar IPDN yang baru-baru ini meninggal, menerima jenazah anaknya di rumah, anak yang mereka titipkan di sebuah instansi pendidikan untuk belajar.-jadi inget kata-kata mama waktu aku cerita Lusi meninggal keserempet kereta waktu berangkat ke kampus-

Di artikel lain, detik.com memperingatkan para orangtua agar lebih memperhatikan anak mereka. Anak adalah amanah, bukan hadiah. Kita semua akan diminta pertanggungjawabannya dalam mendidik anak kita kelak di hadapan Allah SWT.


Kematian akan mendapatkan kita, meskipun kita ada dibalik benteng yang tinggi lagi kokoh. Tidak seperti film Final Destination, yang sepanjang cerita isinya adalah heboh-heboh menghindari kematian, kematian tidak bisa ditunda ataupun dimajukan. Di balik benteng yang tinggi lagi kokoh saja bisa apalagi di dalam supermarket.

PS:

Lusi adalah temen deketku, mahasiswa FIK 2005 yang meninggal karena keserempet kereta jurusan bogor di semester 2 dia kuliah.