Friday, September 5, 2008

Tak Kunjung Dicinta Karena Buruk Rupa


Apakah sama-sama memiliki kecantikan atau ketampanan fisik menjamin kelanggengan sebuah pasangan? Apakah orang yang cantik dan tampan lebih mudah dicintai dibandingkan dengan orang yang tidak demikian? Jawabannya mungkin belum tentu. Tapi tidak bisa dipungkiri bahwa penampilan fisik menjadi salah satu alasan untuk tertarik pada orang lain (baca: lawan jenis). Tertarik dengan kecantikan atau ketampanan juga menjadi salah satu alasan untuk mencintai orang lain.

Tapi apakah cinta karena dirinya cantik atau tampan akan berlangsung terus menerus? sepanjang masa (kalau akhirnya) hidup bersama? Lagi-lagi jawabannya tidak juga. Seorang teman pernah bilang pada saya, memang ketertarikan pada penampilan fisik itu diperlukan, bisa menumbuhkan rasa suka, tapi itu hanya di awal hubungan karena nati hal itu akan berubah, semua itu akan menjadi nomor sekian setelah sika, prilaku, dll. Seorang istri yang amat cantik tidak akan lagi dianggap begitu jika perilakunya tidak menyenangkan suaminya. Atau seorang suami tampan tidak akan lagi terlihat tampan jika sikapnya tidak menyejukkan dan begitu berkenan di hati kita.

Tapi lagi-lagi saya ingin bertanya, apakah teori ini terjadi pada semua pasangan? jawabannya pun lagi-lagi tidak. Di buku catatan hati sorang istri, Asma Nadia bercerita ada seorang suami yang masih tidak bisa mencintai istrinya setelah bertahun-tahun menikah dan memiliki 4 orang anak karena istrinya sama sekali tidak cantik. Hidup selama bertahun-tahun bersama dan saya yakin sudah banyak kebaikan pada istrinya yang dia lihat tidak kunjung membuatnya jatuh cinta, hanya karena, sekali lagi, istrinya sama sekali tidak cantik. Di akhir cerita Asma Nadia menulis ingin sekali meninju pria itu.


Beberapa pekan lalu Ust Abdul Azis menceritakan kisah serupa, tapi kali ini diangkat dengan sudut pandang berbeda sungguh luar biasa. dalam kajian yang bertemakan "Hidup di Bawah Naungan Qur'an", ustadz berkisah tentang seorang pria. Dulu, hiduplah seorang pria. Pria ini memiliki kedudukan yang baik di masyarakatnya, da'wahnya begitu mudah diterima, kata-katanya begitu didengar, pendapatnya begitu diperhatikan, saran-sarannya diminta, bahasa sederhananya "dekat di hati masyarakat". Sampai-sampai ada seseorang penasaran apa rahasianya sehingga dia memiliki keistimewaan demikian. Akhirnya ditanyakanlah pada orang tersebut, tapi setiap kali ditanya, setiap kali pula orang tersebut tidak mau memberitahukan rahasianya. Namun setelah berkali-kali ditanya, akhirnya diapun luluh dan mau menjawab "baiklah saya beritahu, tapi ini rahasia, jangan diberitahukan kepada orang lain, kau baru boleh memberitahukannya setelah aku meninggal" begitu syaratnya. Orang tersebut bercerita bahwa dia memiliki seorang istri, tapi dia tidak suka pada istrinya karena rupa istrinya yang amat tidak cantik, bahkan setelah 19 tahun menikah, perasaannya tetap tidak berubah. Tapi kemudian dirinya bersabar karena semata-mata mengingat firman ALLAH SWT dalam QS 4:19 "Dan bergaullah dengan mereka menurut cara yang patut. Jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal ALLAH menjadikan kebaikan yang banyak padanya." Begitulah, karena motivasi pria ini adalah menjalankan perintah ALLAH dalam Al Qur'an, maka ALLAH pun memberi balasan kebaikan untuknya.

Meskipun dalam kapasitas kita sebgai manusia besar kemungkinan kita akan kesal mendapati pria (atau mungkin juga wanita macam ini). Adik kelas saya, yang saya tunjukkan tulisan ini saja berkata dengan wajah sedihnya "ga kebayang gimana perasaan istrinya kalau tahu". Atau mungkin saya akan memilih membantu Mba Asma meninju pria macam ini. Tapi apalah artinya penilaian kita sebagai manusia kalau ALLAH saja begitu menghargai pria ini (pria dalam kasus ke-2) yang menyimpan rapat-rapat perasaannya, menjaga perasaan istrinya dan mengembalikannya pada ALLAH saja. Ternyata benarlah, jika kita hidup di bawah naungan Qur'an, semuanya pasti lebih indah.

gambal diambil dari pro.corbis.com

2 comments:

Anonymous said...

Memang susah jatuh cinta pada yang tidak indah.

Karena itu, mari modali diri dg sesuatu yang indah.
Kalau default kita ga indah (tampang ga seganteng saya, otak ga seencer saya, hehehehe) ya silakan tambahin keindahan di sisi2 yang lain.

pemikir_ulung said...

@agungfirmansyah
oo gitu ya Gung..emang sih tampangku ga seganteng nt..kalo perkara otak ga tau juga..tapi kayanya aku lebih solihah dari nt deh hehehehe