Wednesday, April 1, 2009

Jangan Coba-coba

“Islam bersatu tak bisa dikalahkan”

Suatu hari saya pergi bareng dua orang kakak saya, sala seorang dari mereka bercerita tentang pembicaraannya dengan suaminya suatu hari
“nah, sekarang udah tau kana pa aja yang bikin aku marah?”
”iya, udah. Pertama, kalau keluarganya dihina”
mendengar jawaban suaminya kakak saya menahan tertawa, sebenarnya bukan itu jawaban yang dia maksud. Usut punya usut, kenapa abang saya menjawab seperti itu karena ternyata suatu hari abang ipar saya pernah ngomongin saya dan kakak saya, mendengar adiknya diomongin begitu, sangat tidak terima dan akhirnya murkalah. Padahal, kalau denger dari ceritanya, apa yang abang ipar saya omongin itu tidak salah-salah amat, memang saya orangnya begitu kok.

Suatu hari juga, kakak saya yang lain (berbeda dengan dua orang sebelumnya) mengatakan sesuatu. Diawali dari pertanyaan saya kenapa bisa temannya tidak percaya kalau saya adalah adiknya. Pembicaraan kamipun sampai pada pernyataan “huh, temen-temen gue mah ngga bakal berani De ngatain keluarga gue. Kalo ngatain gw biarin deh, tapi kalo sampe ngatain keluarga gw, huh..awas aja”
Lantas kakak saya yang inipun berceritalah bahwa pernah seorang temannya, karena sesuatu hal, mengeluarkan kata—yang dalam hal ini—konotasinya agak buruk tentang kami bersaudara. Kakak sayapun meradang ”gue marah banget De, gue jawabin, dia sampe ngga enak banget sama gw, mau negor jadi takut, sampe pulang, mau salaman aja dia takut”. Saya cukup ma’rifah dengan kakak saya ini dan bisa membayangkan bagaimana menyeramkannya dia saat itu.

Mendengar cerita dua orang ini, saya jadi ingat percakapan Chae Kyong dan Shin di komik Goong. Suatu hari Shin mengjhina keluarga Cahe Kyong, karena adiknya Chae Jun membuntuti Hyo Rin, diapun berpendapat ”menghantui kehidupan orang lain. Itu ciri khas keluargamu ya?” Chae Kyong terluka mendengarnya dan diapun melawan ”jangan menghina keluargaku. Seperti semua orang, aku juga bisa tahan kalau aku sendiri dimaki, tapi kalau keluargaku dimaki juga, aku tidak terima.” berhubung Shin yang putra mahkota itu tidak memiliki keluarga yang seperti kita rakyat jelata, Chae Kyong menambahkan ”Iya sih..kamu yang bertumbuh tanpa kasih sayang keluarga, tidak akan tahu perasaan seperti ini” Mantabh!


Yah, sepertinya kebanyakan orang begitu, masih bisa bertoleransi kalau diri sendiri saja yang dihina, tapi kalau sudah keluarga, orang-orang yang kita sayangi, maka otomatis surai ini tertegak, kuku keluar, matapun berkilat (kita ini manusia apa singa sih?!). saya pikir hal ini berlaku tidak hanya untuk keluarga dengan makna denotasi, keluarga yang terbentuk karena pertalian darah dan perkawinan, hubungan yang terbentuk karena pernah numpang di rahim yang sama atau karena seseorang mengatakan ”saya terima nikahnya” dan diakhiri dengan ”dibayar tunai”, bukan hanya keluarga yang seperti ini. Keluarga besar profesi, almammater, etnis, dll. Apalagi, yang sudah jelas pengaturannya seperti dalam Qur’an dan sunnah, keluarga satu aqidah,keluarga besar muslim, bahkan kata keluargapun kurang tepat lagi, karena kita satu tubuh!

Jadi, jangan anda coba-coba menghina keluarga orang lain, keluyarga apapun itu. Kami masih bisa tahan jika hanya diri ini saja yang dihina, tapi jika ini sudah menyangkut keluarga kami, maka bersiaplah. Karena persaudaraan kami begitu kuat, kekuatan ukhuwah kami begitu dahsyat, tapi ya, mungkin kalian yang tidak pernah merasakan manisnya ukhuwah seperti kami tidak akan paham.

ALLAHumma a’izzal isalama wal muslimin.
Ya ALLAH menangkanlah Islam dan kaum muslimin
ALLAHumma allif baina Qulubihim wa tsabbit aqdamahum
Ya ALLAH satukanlah hati-hati mereka, berikan keteguhan dan limpahkan kesabarannya

No comments: